Langsung ke konten utama

Pamator

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Alhamdulillah. Akhirnya, setelah melalui perjalanan panjang, mendaki gunung lewati lembah, punya juga website yang lebih “resmi” setelah website sebelumnya lenyap akibat kelalaian dan kegaptekan sehingga tak sempat diarsipkan.

Agak norak, sih, kelihatannya. Ini sudah tahun 2024, sudah revolusi 5.0 malah. Orang lain sudah berbicara tentang artificial intelligence, metaverse, bagaimana hidup di planet sana, lalu mencari formula untuk menolak usia, saya malah masih berkutat dengan rasa senang hanya karena punya laman website pribadi seperti ini. Tapi takapalah.

Excited, tentu saja. Terutama ketika harus menyajikan postingan pertama di laman website “resmi” pertama. Tapi sebagaimana orang yang diberi kemampuan untuk memiliki rumah baru, bingung mau mengisi dan menghiasi rumah seperti apa, memulai dekorasi darimana, seperti itulah “kekakuan” yang saya alami untuk memulai semua ini, disini.

Tapi setidaknya, “rumah” ini sudah jadi, berusaha untuk tampak asri dan berseri, menenangkan sekaligus menyegarkan bagi yang memandang, maka pintu-pintu dan gerbang selamat datang harus dirapikan sebagai ucapan selamat datang. Itulah kenapa harus ada “pamator” di awal postingan website ini; sebagai salam perkenalan.

Tentu saja, dalam setiap perkenalan, seseorang cenderung menginginkan first impression yang baik agar bisa diterima dengan nyaman. Lebih-lebih kepada mereka yang percaya, jatuh cinta bisa terjadi saat pertama kali membaca.

Percayalah, saya juga berusaha sekuat tenaga untuk melakukan itu. Soal hasilnya, saya tidak meletakkan harapan yang muluk-muluk. Intinya saya bisa menulis, menyalurkan isi pikiran dan imajinasi dengan diksi yang mudah dipahami. Syukur-syukur bisa memberikan manfaat dan mengalirkan energi positif untuk lebih banyak berbuat. 

Akhirnya, Bismillahirrahmanirrahim.

Memulai untuk mengisi “rumah” ini agar menjadi tempat yang nyaman; yaitu tempat yang menginspirasi dan memenuhi isi kepala dengan pemikiran yang bergizi, tempat terjadinya diskusi. Bukan untuk saling menghakimi dan merasa lebih dari yang lain, tapi agar bisa saling mengerti dan menghargai. Menjaga nikmat akal yang sehat ini, sembari sesekali menikmati hisapan rokok sembari seruput kopi.

Saya ucapkan selamat datang di mustafaafifdw.com, “tempat sampah” baru yang mungkin akan lebih terawat dibandingkan sebelumnya. Sebuah manifestasi sederhana untuk tetap BERANI (berjuang untuk mengabdi dan melayani), melakukan dan memberikan apa yang bisa dihaturkan. Selebihnya, semoga menjadi salah satu jalan untuk mengabadi.

Di awal-awal, saya akan memindahkan tulisan-tulisan yang tercecer dimana-mana. Sebagian sudah diarsipkan, aman. Sebagian lagi saya upload ulang beberapa tulisan di Kompasiana. Sebagian lagi tulisan lama yang belum ditayangkan. Selebihnya, pastilah tulisan baru. Jangan khawatir, semua yang ada disini adalah tulisan asli, bukan plagiasi apalagi asal comot sana-sini.

Disini, kita sama-sama belajar untuk memaknai proses, mengalami progres. Kita adalah pelajar seumur hidup, jadi tidak perlu keminter apalagi menggurui. Berharap jalan keberkahan, melalui tulisan. InsyaAllah...

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memimpikan Tarung Bebas Ide dan Gagasan di Pilkada Pamekasan

Pilkada serentak akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Setelah menyelesaikan Pilpres dan Pileg, yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai pemilu paling brutal, kerja-kerja elektoral sudah dimulai lagi. Tanpa jeda. Mereka yang berminat maju dengan hasrat politik yang kuat, sejak lama sudah mengepalkan tangan. Membentuk tim di darat, laut, dan udara; sosialisasi dari kampung ke kampung; memasang baliho-baliho di jalanan atau gambar-gambar  bersliweran  di media sosial; memastikan kesiapan logistik di lapangan; menyambangi tokoh-tokoh berpengaruh; serta mendekati orang-orang penting di partai; termasuk juga lobi-lobi politik "jalur langit". Partai politik menghidupkan mesinnya. Mulai dari persiapan teknis-administratif seperti penjaringan calon; membuka komunikasi lintas partai untuk menjalin koalisi; melirik-lirik dan menguntit calon potensial; memetakan kekuatan politik di lapangan; dan tentu saja kerja-kerja elektoral untuk menaikkan nilai tawar. Kita bisa mel...

Semesta Mendukung, Harga Tembakau Melambung!

Akhirnya, nicotiana tobacum  alias tembakau kembali menjadi daun emas bagi para petani. Baru tahun kemarin, senyum bahagia merekah dari wajah para petani tembakau di Madura karena harga tembakau yang terangkat kembali. Tentu saja belum layak jika dibandingkan "harga psikologis" yang semestinya, tapi setidaknya harapan itu kembali muncul setelah "dipecundangi" murahnya harga selama sekian tahun terakhir ini. Menurut saya, mahalnya harga tembakau tahun lalu itu karena peran dan perjuangan semua pihak, mulai dari petani, pedagang, pengusaha, pemerintah, bahkan cuaca dan alam melalui "sempurnanya" musim kemarau. Semuanya terlibat, sesuai peran. Semesta mendukung, seperti sebuah orkestrasi untuk saling rojhung .  Jadi, tak perlu ada pihak-pihak tertentu yang kemudian ngaku-ngaku sebagai kelompok yang paling berjuang dan berjasa untuk kesejahteraan petani tembakau, lebih-lebih mereka bukan menjadi bagian dari yang membuat regulasi, terutama soal tata niaga pert...

Hijrah Dalam Dunia Pendidikan

Sebelum berbicara lebih jauh tentang hijrah dalam dunia pendidikan, sekaligus penjelasan maksud dan tujuan dari tulisan ini agar tidak melahirkan tafsir yang ambigu dan remang (terlebih dianggap provokatif), sepertinya sangat penting mengetahui terlebih dahulu kenapa tulisan ini lahir?. Maka, berbicara tentang hal ini, setidaknya ada dua hal yang melatarbelakanginya; Pertama, kalau yang menjadi acuan kita (khususnya orang-orang pesantren) adalah orang-orang yang selama ini menjadi ‘kebanggaan’, yakni para imam masyhur yang telah melahirkan madzhab dan menelurkan banyak karya, maka sudah menjadi rahasia umum bahwa beliau-beliau adalah orang yang tidak hanya puas dengan satu ilmu, dan tidak merasa cukup hanya belajar di satu tempat. Sebut saja Imam Syafi’i, yang dalam proses perjalanan keilmuannya, beliau berpindah-pindah tempat mulai dari Makkah, Madinah, Yaman, Baghdad, bahkan hingga ke Mesir. Pun begitu juga dengan Imam Hanafi, Imam Ghazali, dan imam-imam yang lainnya. Kedua, sebuah...