![]() |
| Sumber: Netflix |
Bisnisnya sukses, baik di darat, laut, dan udara.
Bermacam “kegilaan” dilakukan dengan uangnya, seperti,
konon, pernah membakar uang senilai 20 miliar dolar hanya untuk menghangatkan
anaknya yang hipotermia ketika bersembunyi di pegunungan. Termasuk juga
menawarkan untuk membayar hutang negara, dengan kompensasi
Undang-undang tertentu, meski akhirnya ditolak.
Konon, Escobar menghabiskan sekitar 40 juta setiap bulan
hanya untuk mengikat uangnya yang sangat banyak. Sempat kebingungan untuk
menaruh uangnya karena kehabisan tempat, dan bahkan pernah kehilangan sekiatr
2,2 miliar dolar karena jamur, air, dan tikus. Yah, namanya juga pemasok
sekitar 80 persen kokain ke AS.
Escobar tak pernah main-main dengan siapapun yang
mencoba menghalanginya. Siapapun dan dari kalangan manapun. Berurusan dengan
Escobar, pilihannya hanya dua: pistol atau uang. Sesimpel itu sebuah masalah
atau halangan akan selesai, termasuk apa yang dilakukannya pada Rodrigo Lara.
Bagaimana kekuasaan dan bisnis gelapnya bisa bertahan
sedemikian merajalela dan menjadi musuh besar negara, sementara di sisi yang
lainnya ia juga dipuja karena sumbangsihnya pada rakyat Medellìn?
Diantaranya, memainkan celah psikologis dan realitas
kehidupan masyarakat sekitarnya yang papa. Caranya? Menanam jasa dan ”kebaikan”.
Dengan kekayaan (menurut salah satu versi) sekitar USD 30
miliar atau setara dengan 430,12 triliun ia terkenal sangat dermawan bagi sebagian
masyarakat Kolombia. Ia dikenal dengan Robin Hood. Suka
membagi-bagikan uang dalam jumlah besar dan terlibat dalam berbagai kepentingan sosial dan
pendidikan, membangunkan perumahan bagi tunawisma.
Ia juga memiliki perkebunan seluas 2.800 ha. bernama Hacienda Napoles di Kolombia. Pablo membangun lapangan sepak bola, patung, dan kebun binatang di dalamnya. Akhirnya? Ia boleh saja tewas tertembak di kepalanya, tapi ada sekitar 25.000 orang yang mengiringi saat pemakamannya. Escobar tetap dibela oleh orang-orang yang menganggapnya berjasa meski ia seorang mafia.
Itu yang pertama. Kedua? Ya, melibatkan orang-orang lokal
sembari membangun jejaring eksternal. Kebaikan Escobar didukung oleh kepintarannya dalam “pemberdayaan” masyarakat lokal. Hidup di kawasan orang miskin, terlantar, kumuh, dan butuh uang
untuk makan menjadi keuntungan sendiri. Cukup penuhi kebutuhan mereka, meski seadanya, selesai sebagian urusan.
Merekrut mereka sebagai pekerja akan mendapatkan dukungan
fisik dan psikologis sebab mereka yang nantinya akan membela mati-matian. Rumusnya tetap sama, bisnis
yang memperoleh dukungan dari orang-orang lokal akan mempercepat kemajuan.
Apapun bisnisnya, lebih-lebih bisnis gelap yang tak bisa lepas dari
“premanisme”.
Ketiga? Escobar berhasil, tidak hanya membangun citra dan
melibatkan orang lokal tapi juga, membangun kongkalikong dengan orang-orang
besar yang punya jabatan dan pemangku kebijakan. Polisi, politisi, hakim,
jaksa, dan siapapun berhasil “disumpal” dengan uang. Pola seperti ini, sampai sekarang masih tetap bertahan.
Percayalah, bisnis sebesar apapun tidak akan menjadikan seseorang amat sangat kaya banget jika tidak ada sangkut pautnya dengan kebijakan atau “oknum negara”. Sekecil apapun kita, jika mendapatkan satu proyek saja dari negara, kemungkinan untung yang kita dapatkan di luar nurul. Apalagi jika itu rutin.
Biaya taktis atau dana lain-lain ini jumlahnya pasti tidak kecil, ada “setoran” yang harus dibayarkan. Tapi percayalah, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan apa yang Escobar dapatkan.
Untuk apa? Ya, soal pengamanan. Soal beking-bekingan. Semua akan lancar, dari hulu ke hilir aman, ada “pasukan” depan dan belakang yang siap mengamankan dan bela mati-matian? Escobar, pandai sekali dalam memanfaatkan kelemahan psikologis manusia hingga bisa diajaknya untuk bekerjasama. Jika tidak, ya, pistol lagi jawabannya.
Memainkan psikologis masyarakat dan memanfaatkan orang-orang
lokal memungkinkan seseorang, sejahat apapun, akan mendapatkan “pembelaan”,
meski kita tahu, bisnis yang dijalankan tidak benar. Bahkan pada titik tertentu dicarikan rasionalisasi agar bisa dianggap benar, minimal tidak terlalu
dianggap jahat dan haram secara agama.
“Dia baik banget, suka sedekah”, “dia bangun masjid dan sekolah dimana-mana”, “sudah, yang penting dia baik dan suka membantu” dan kalimat puja-puji lainnya akan muncul. Bahkan, kadang orang-orang yang kritis langsung “dihajar”, atau di-skakmat dengan “kamu udah ngasih apa? Dia sudah banyak bagi-bagi”.
Tapi bagaimanapun, dalam hidupnya yang gemilang penuh harta, Escobar tetaplah manusia yang tetap khawatir akan bisnisnya yang ilegal dan haram menurut negara. Dalam banyak sekali kejadian dan kasus ia berhasil membuat “negara” tersiksa, tapi ia tahu, bahwa semuanya akan berakhir. Negara akhirnya berhasil mengangkangi kehebatan dan kekayaannya.
Begitulah kira-kira, dalam pandangan sempit saya soal; bagaimana seorang mafia menjalankan bisnisnya yang paling jahat sekalipun akan tetap dihargai dan dibela mati-matian oleh orang-orang yang pernah "mencicipi" manisnya.
Komentar
Posting Komentar